seputarperkom- Agaknya Asia Pasifik menjadi perhatian khusus Microsoft dalam membasmi kejahatan cyber. Setelah membangun Cybercrime Satellite Center(CSC) atau pusat satelit pembasmi kejahatan cyber di Washington, Berlin, Tokyo, dan Beijing, kali ini pusat teknologi itu juga terpatri di Singapura.
Bagaimana tidak, setengah dari penyebaran virus malware disinyalir teridentifikasi di Asia Pasifik. Selain itu, alasan lain Microsoft mengekspansi penyematan CSC di Singapura beberapa hari lalu, karena negara tersebut merupakan salah satu pusat ekonomi dunia.
"Banyak uang mengalir di sana. Ini berbanding lurus dengan penjahat yang mengikutinya," kata Richart Bocovich, asisten umum bidang kejahatan digital Microsoft, sebagaimana dilaporkan Cnet dan dilansir KompasTekno, Selasa (18/2/2015).
Dalam pengoperasian CSC, Microsoft memperkerjakan pengacara, analis data, teknisi, dan analis forensik yang bertugas untuk mendeteksi, mengidentifikasi, dan menghilangkan ancaman cyber, salah satunya serangan malware.
Sebelumnya, penelitian dari IDC tahun lalu mengungkap, bisnis di seluruh dunia merugi hingga 500 miliar dollar AS atau setara Rp 6.413 triliun per tahunnya karena virus/malware.
Bagi yang belum tahu, malware adalah piranti lunak atau kode yang dapat menghapus, menyembunyikan, dan mengubah data, serta menghabiskan bandwidth tanpa izin pemilik komputer.
Lebih bahayanya, malware juga dapat mengancam sektor keuangan. Laporan dua tahun terakhir menyebutkan, setidaknya 1 miliar dollar AS atau setara Rp 12 triliun raib dari beberapa bank karena serangan malware.
Bagaimana tidak, setengah dari penyebaran virus malware disinyalir teridentifikasi di Asia Pasifik. Selain itu, alasan lain Microsoft mengekspansi penyematan CSC di Singapura beberapa hari lalu, karena negara tersebut merupakan salah satu pusat ekonomi dunia.
"Banyak uang mengalir di sana. Ini berbanding lurus dengan penjahat yang mengikutinya," kata Richart Bocovich, asisten umum bidang kejahatan digital Microsoft, sebagaimana dilaporkan Cnet dan dilansir KompasTekno, Selasa (18/2/2015).
Dalam pengoperasian CSC, Microsoft memperkerjakan pengacara, analis data, teknisi, dan analis forensik yang bertugas untuk mendeteksi, mengidentifikasi, dan menghilangkan ancaman cyber, salah satunya serangan malware.
Sebelumnya, penelitian dari IDC tahun lalu mengungkap, bisnis di seluruh dunia merugi hingga 500 miliar dollar AS atau setara Rp 6.413 triliun per tahunnya karena virus/malware.
Bagi yang belum tahu, malware adalah piranti lunak atau kode yang dapat menghapus, menyembunyikan, dan mengubah data, serta menghabiskan bandwidth tanpa izin pemilik komputer.
Lebih bahayanya, malware juga dapat mengancam sektor keuangan. Laporan dua tahun terakhir menyebutkan, setidaknya 1 miliar dollar AS atau setara Rp 12 triliun raib dari beberapa bank karena serangan malware.
0 komentar
Berkomentarlah dengan Bahasa yang Relevan dan Sopan,komentar sesuai berita dan link.. #Salam Admin Terkiniberita.net! ^_^